Sabtu, 04 Februari 2012

Sahabat Ke-4


Hahh..udah lama banget nggak posting, kangen juga, nah mumpung ada waktu, aku mau berbagi cerita ni, dibilang lucu sih yaa dikit, tapi tragis juga. Oke, begono ceritanya.
            Diawali dengan berakhir masa perkuliahan semester ganjil, akhirnya tibalah masa-masa yang dinanti-nati oleh seantero mahasiswa di kampus, ya benar, libur semester. Masa-masa bahagia dimana para perantau akhirnya mendapatkan waktu mereka untuk kembali ke kampung halaman, bertemu orang-orang yang dirindukan , ayah, bunda, maupun seseorang yang mulai membuat hati tak tenang, yang selalu hadir dalam mimpi indahnya.
            Begitu juga yang terjadi pada teman-temanku sekontrakan. Semua bersuka cita, bareng-bareng pergi ke agen tiket pesawat untuk memesan tiket menuju kampung. Kami sekontrakan berenam orang, enam-enamnya adalah cowok-cowok maco nan imut (no maho detected!). awalnya kami semua berencana untuk mudik bareng. Namun, karena satu dan lain hal akhirnya, aku, Bang Jalul, dan Kak Chen tidak jadi mudik. Jadilah rumah kontrakan diisi oleh kami bertiga, remaja galau yang meratapi nasibnya gak bisa mudik.
            Setelah beberapa hari, temen-temen yang berencana mudik sudah pada mudik, kami bertiga yang nggak jadi mudik sudah pada galau dikontrakan, bermalas-malasan, mono, boring. Namun, Tuhan tetap sayang sama kami, kami tetap diberikan nikmat, malahan ditambah. Kami yang cuma bertiga, mendapatkan sahabat baru, sahabat ke-4. Kedatangan sahabat kami ini cukup membuat kehidupan dikontrakan lebih berwarna. Sahabat kami ini datang dari sebuah lobang kecil di dekat dapur, dimana lobang itu awalnya difungsikan sebagai parit kecil untuk mengalirkan air yang menggenang , namun sekarang lobang itu dialih fungsi sebagai pintu oleh sahabat ke-4 kami untuk keluar masuk rumah kontrakan. Awal sahabat kami ini malu-malu untuk bertemu dengan kami, ya namanya orang baru tentu perlu pendekatan terlebih dahulu.
            Sebenarnya kami tidak terlalu mempermasalahkan kehadiran si sahabat, namun seiring ternyata dia adalah tipe orang yang agresif, suka sekali krasak-krusuk di dapur, apalagi kalo malam, sehingga terkadang waktu paginya kami lihat dapur sudah kayak kapal pecah, sampah bertebaran dimana-mana. Sampai pada titik kulminasi kejengkelan kami, si sahabat berani-berani memakan kabel colokan dan kabel charger hp , akhirnya kami bertiga penghuni asli berunding untuk melenyapkan si sahabat dari rumah ini, kami berunding cara apa yang paling ampuh yang akan kami gunakan. Namun, sebenarnya kami bertiga adalah tepi cowok yang nggak tegaan, akhirnya kami memutuskan untuk memberikan waktu kepada si sahabat untuk berubah. Ehh, si dianya sekarang mulai tidak takut kepada kami. Sambal rendangku se toples yang dikirim kemaren sore oleh ortu dari kampung dilalap habis dalam semalam, padahal aku saja baru makan sepotong. Yang lebih berdarah-dingin si sahabat tidak hanya menghabisi  rendangnya saja, namun juga sekaligus dengan toples-toplesnya. Parah banget lah!
            Dia sekarang sudah benar-benar berubah. Dia yang dulunya abu-abu mungil berbulu, sekarang sudah berubah besar bulat dan menjijikan. Aku tidak habis pikir.
            Pada suatu ketika si sahabat tidak menemukan apa2 di dapur, dan dia berencena untuk pergi bermain keluar, seperti biasa dia keluar melalui lobang. Sebenarnya lubang itu berada didekat gudang, antara dapur dengan gudang (lubangnya si sahabat) disekat oleh pintu. Nah, si sahabat  berjalan dengan santainya dari dapur ke lubang, aku yang sedari tadi sebenarnya sedang memperhatikan si sahabat melihat sahabat akan keluar, kemudian, sekonyong-konyong timbul ide. Ketika si sahabat ntar melewati pintu, aku akan langsung menutup pintu, sehingga si dia terkurung di dalam gudang dan tidak akan pernah bisa masuk ke dapur lagi.
            Rencana sudah matang sekarang saatnya eksekusi. Aku terus menguntit si sahabat, tidak boleh terlepas sedikitpun dari pengawasan. Rencana ini tidak boleh gagal.
            Si sahabat sekarang sudah di ambang pintu, baiklah menunggu momen yang tepat. Si sahabat terus melenggang. Tunggu sebentar...belum...belum saatnya.....ya..yaakkk, sekarang!
            Baamm..!
            Pintu berbunyi keras aku hempaskan. Aku berusaha menutup dengan sekuat-kuatnya. Namun, kenapa serasa ada menganjal? Keras sekali tidak mau tertutup sempurna. Celaka, kalo tidak tertutup sempurna bisa-bisa si sahabat balik menyusup ke dapur lagi. Aku terus berusaha sekuat-kuatnya menutup pintu. Namun, tetap saja pintu ini susah sekali ditutup, tetap ada yg mengganjal.
            “ciitt..ciit..citt....!” suara apa itu? Kok seperti ada yang mencicit. Aku periksa. Oohhh tidaak....!
            Aku tidak sadar bahwa ternyata yang mengganjal pintu itu tidak lain-tidak bukan adalah sepala si sahabat. Sedari tadi dia sudah mencicit-cicit aku tidak sadar.
            Akhirnya karena sudah tercekik terlalu lama, dia tidak bisa tertolong lagi. Aku berencana menguburkannya. Tapi aku bingung soalnya di sekitaran kontrakan ku ini nggak ada tanah asli. Semuanya sudah disemen. Aku bingung apa yang harus ku lakukan pada tubuh si sahabat. Akhirnya tiada pilihan lagi, aku melaporkan kejadian ini pada seisi rumah, dan kami bersama-sama membuang si sahabat di tempat sampah.
            Akhir kata, maafkan aku sahabatku, tiada maksud menyakitimu, walalupun semenyebalkan apapun dirimu. Sahabat yang abu-abu mungil berbulu (tikus cisitu).

1 komentar: