Minggu, 12 Februari 2012

Semangat Indung (postingan selfish)


Kuliah ditempat dengan presure tinggi, sudah mebuat mumet minta ampun. Apalagi dengan tanggung jawab bak seberat lima kilogram emas yang ditumpuk lima puluh tingkat di bahu kiri dan kanan. Nah, sekarang kayaknya sudah saatnya untuk mengakui semuanya bahwa ini terlalu berat. Dengan haru.
                Itu yang terjadi pada si Indung. Dan si Indung itu teman baikku. Ketika kami sedang membahas semua ini dengan yang lain. Terkadang kita menganggap enteng semua itu, sehingga si Indung pun merasa tidak terperhatikan, teman-teman yang awalnya  tempat dia mengadu saling merasakan beban. Sekarang, sama sekali nggak ngerti dia ternyata.
                Menganggap bahwa ‘kita sama-sama punya tanggungjawab berat, so, yaudah, urus sendiri-sendiri aja!’ si Indung sekarang merasa dikhianati.
                Menurutku aku sok tau. Tapi mungkin sedikit berbagi tak apa-apa lah. Aku yang melankolis cukup tahu perasaannya. Ya, aku mengerti dirinya. Dia yang selama ini tegar, sangat tegar. Mungkin sekarang saatnya runtuh.
                Mungkin saat ini aku belum mampu mampu membantumu. Tapi, aku yakin, dibalik semua ini pasti ada jalan keluarnya. Semangat Indung, mudah-mudahan rekayasa Tuhan nan indah akan menunjukkan jalan keluarnya, amiin.

Jumat, 10 Februari 2012

Supernya khutbah hari ini


Subhanallah sekali lah khutbah jumat tadi. kata-kata nan dijalin indah oleh sang khatib. menenangkan sekaligus membakar semangat. ini nih sedikit ulasannya.
Menurut sang khatib, pasti kita semua pernah merasakan yang namanya kesuksesan. ya, baik itu kesukesan karir, bisnis maupun akademik. Seperti diriku sukses, nembus diujian saringan masuk universitas pujaanku. Namun, terkadang kita arogan sehingga bahwa kesuksesan yang kita raih bukanlah one hundred percent (100%) karena kehebatan kita, namun karenanya adanya pertolongan Allah.
Pertolongan Allah yang datang karena doa kita, ataupun doa orang-orang terkasih kita. Mendengar kata2 ‘orang terkasih kita’, aku jadi teringat ibunda dan ayahanda tersayang. Mama yang sudah ku rindukan selama satu tahun ini. Walaupun, sudah lama tidak bertemu aku selalu memimpikan mama yang selalu melantunkan kidung doa kepada sang pengabul doa, agar si anak, buah hatinya (diriku) tetap dalam karunia serta dilimpahi rahmat oleh Allah Swt, selain itu, juga senantiasa selalu sukse dalam setiap aktivitasnya (haha, menje2 lah).
Kewajiban kita itu bukanlah sukses, namun ikhtiar. Karena sukses itu bukan wilayah kita, sukses itu wilayah kekuasaan Allah. Kalo diibaratkan sukses itu adalah sebuah solusi persamaan differential orde satu (aah kalkulus...) kewajiban kita adalah menciptakan variabel2 kesuksesan tersebut. Oke? 
Semangat. Pemikiran seorang pemimpin itu futuristik dan optimistic. Kalo, Cuma fakta dan data saja kadang akan bikin kecewa dan frutasi. Mari bersama-sama menggapai cita-cita kita.

Sabtu, 04 Februari 2012

Sahabat Ke-4


Hahh..udah lama banget nggak posting, kangen juga, nah mumpung ada waktu, aku mau berbagi cerita ni, dibilang lucu sih yaa dikit, tapi tragis juga. Oke, begono ceritanya.
            Diawali dengan berakhir masa perkuliahan semester ganjil, akhirnya tibalah masa-masa yang dinanti-nati oleh seantero mahasiswa di kampus, ya benar, libur semester. Masa-masa bahagia dimana para perantau akhirnya mendapatkan waktu mereka untuk kembali ke kampung halaman, bertemu orang-orang yang dirindukan , ayah, bunda, maupun seseorang yang mulai membuat hati tak tenang, yang selalu hadir dalam mimpi indahnya.
            Begitu juga yang terjadi pada teman-temanku sekontrakan. Semua bersuka cita, bareng-bareng pergi ke agen tiket pesawat untuk memesan tiket menuju kampung. Kami sekontrakan berenam orang, enam-enamnya adalah cowok-cowok maco nan imut (no maho detected!). awalnya kami semua berencana untuk mudik bareng. Namun, karena satu dan lain hal akhirnya, aku, Bang Jalul, dan Kak Chen tidak jadi mudik. Jadilah rumah kontrakan diisi oleh kami bertiga, remaja galau yang meratapi nasibnya gak bisa mudik.
            Setelah beberapa hari, temen-temen yang berencana mudik sudah pada mudik, kami bertiga yang nggak jadi mudik sudah pada galau dikontrakan, bermalas-malasan, mono, boring. Namun, Tuhan tetap sayang sama kami, kami tetap diberikan nikmat, malahan ditambah. Kami yang cuma bertiga, mendapatkan sahabat baru, sahabat ke-4. Kedatangan sahabat kami ini cukup membuat kehidupan dikontrakan lebih berwarna. Sahabat kami ini datang dari sebuah lobang kecil di dekat dapur, dimana lobang itu awalnya difungsikan sebagai parit kecil untuk mengalirkan air yang menggenang , namun sekarang lobang itu dialih fungsi sebagai pintu oleh sahabat ke-4 kami untuk keluar masuk rumah kontrakan. Awal sahabat kami ini malu-malu untuk bertemu dengan kami, ya namanya orang baru tentu perlu pendekatan terlebih dahulu.
            Sebenarnya kami tidak terlalu mempermasalahkan kehadiran si sahabat, namun seiring ternyata dia adalah tipe orang yang agresif, suka sekali krasak-krusuk di dapur, apalagi kalo malam, sehingga terkadang waktu paginya kami lihat dapur sudah kayak kapal pecah, sampah bertebaran dimana-mana. Sampai pada titik kulminasi kejengkelan kami, si sahabat berani-berani memakan kabel colokan dan kabel charger hp , akhirnya kami bertiga penghuni asli berunding untuk melenyapkan si sahabat dari rumah ini, kami berunding cara apa yang paling ampuh yang akan kami gunakan. Namun, sebenarnya kami bertiga adalah tepi cowok yang nggak tegaan, akhirnya kami memutuskan untuk memberikan waktu kepada si sahabat untuk berubah. Ehh, si dianya sekarang mulai tidak takut kepada kami. Sambal rendangku se toples yang dikirim kemaren sore oleh ortu dari kampung dilalap habis dalam semalam, padahal aku saja baru makan sepotong. Yang lebih berdarah-dingin si sahabat tidak hanya menghabisi  rendangnya saja, namun juga sekaligus dengan toples-toplesnya. Parah banget lah!
            Dia sekarang sudah benar-benar berubah. Dia yang dulunya abu-abu mungil berbulu, sekarang sudah berubah besar bulat dan menjijikan. Aku tidak habis pikir.
            Pada suatu ketika si sahabat tidak menemukan apa2 di dapur, dan dia berencena untuk pergi bermain keluar, seperti biasa dia keluar melalui lobang. Sebenarnya lubang itu berada didekat gudang, antara dapur dengan gudang (lubangnya si sahabat) disekat oleh pintu. Nah, si sahabat  berjalan dengan santainya dari dapur ke lubang, aku yang sedari tadi sebenarnya sedang memperhatikan si sahabat melihat sahabat akan keluar, kemudian, sekonyong-konyong timbul ide. Ketika si sahabat ntar melewati pintu, aku akan langsung menutup pintu, sehingga si dia terkurung di dalam gudang dan tidak akan pernah bisa masuk ke dapur lagi.
            Rencana sudah matang sekarang saatnya eksekusi. Aku terus menguntit si sahabat, tidak boleh terlepas sedikitpun dari pengawasan. Rencana ini tidak boleh gagal.
            Si sahabat sekarang sudah di ambang pintu, baiklah menunggu momen yang tepat. Si sahabat terus melenggang. Tunggu sebentar...belum...belum saatnya.....ya..yaakkk, sekarang!
            Baamm..!
            Pintu berbunyi keras aku hempaskan. Aku berusaha menutup dengan sekuat-kuatnya. Namun, kenapa serasa ada menganjal? Keras sekali tidak mau tertutup sempurna. Celaka, kalo tidak tertutup sempurna bisa-bisa si sahabat balik menyusup ke dapur lagi. Aku terus berusaha sekuat-kuatnya menutup pintu. Namun, tetap saja pintu ini susah sekali ditutup, tetap ada yg mengganjal.
            “ciitt..ciit..citt....!” suara apa itu? Kok seperti ada yang mencicit. Aku periksa. Oohhh tidaak....!
            Aku tidak sadar bahwa ternyata yang mengganjal pintu itu tidak lain-tidak bukan adalah sepala si sahabat. Sedari tadi dia sudah mencicit-cicit aku tidak sadar.
            Akhirnya karena sudah tercekik terlalu lama, dia tidak bisa tertolong lagi. Aku berencana menguburkannya. Tapi aku bingung soalnya di sekitaran kontrakan ku ini nggak ada tanah asli. Semuanya sudah disemen. Aku bingung apa yang harus ku lakukan pada tubuh si sahabat. Akhirnya tiada pilihan lagi, aku melaporkan kejadian ini pada seisi rumah, dan kami bersama-sama membuang si sahabat di tempat sampah.
            Akhir kata, maafkan aku sahabatku, tiada maksud menyakitimu, walalupun semenyebalkan apapun dirimu. Sahabat yang abu-abu mungil berbulu (tikus cisitu).